Osis Jurnalistik. Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 18 April 2011

Pohon dan Buahnya

Rosulullah Shallahu'Alaihi Wa Sallam bersabda :" Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain." (HR.Bukhori)

SEORANG MURID bertanya pada Bawa Muhaiyaddeen,
“Bisakah Guru menjelaskan kondisi spiritualku, di mana aku sedang berada saat ini?”




Sang Guru menjawab,

“Sebuah benih haruslah ditanam di saat yang tepat.
Ketika ia mulai tumbuh, akarnya menyelusup jauh ke dalam tanah, memeluk dari semua penjuru.
Segera benihnya tumbuh menjadi sebuah pohon.
Seiring perjalanan waktu, pohonnya akan semakin membesar, lalu berbunga dan berbuah.
Tatkala berbuah, buahnya tampak tidak lagi memiliki ikatan dengan tanah.
Walaupun pohonnya terikat ke dengan tanah, namun buahnya justru terhubung kepada manusia dan seluruh makhluk hidup.

Anakku, hidupmu pun demikian.
Walaupun kau telah tumbuh begitu tinggi, sama seperti pohon: keterikatan akalmu, pemikiranmu, dan hasratmu masih pada bumi dan keduniaan. Seperti itulah kondisimu saat ini.

Tapi anakku, kau memiliki sebuah penghubung dalam qalb-mu, di dalam hatimu, yang berfikir tentang Tuhan dan mencari-Nya.

Akan aku jelaskan cara mengembangkan hubungan tersebut. Ikutilah arahan ini baik-baik.

Sebanyak apa pun keterikatanmu pada dunia, jika kau ingin menemukan Tuhan, jika kau ingin menapaki jalan menuju-Nya; engkau, doa-doamu dan ibadahmu harus seperti pohon.

Walaupun sebuah pohon terikat ke tanah, ia memberikan buahnya untuk semua mahluk.
Walaupun kau terikat pada dunia seperti pohon, niatmu harus seperti niat sebuah pohon terhadap buahnya: doa-doamu, pengabdianmu, ibadah-ibadahmu, keunggulan-keunggulanmu maupun semua yang kau lakukan harus terhubung dengan Tuhan, dan kau harus melakukan pekerjaanmu dengan diniatkan untuk kemaslahatan semua makhluk, bukan untuk dirimu sendiri.

Maka setelah itu, barulah kau akan berjalan dengan baik ketika menapaki jalan menuju-Nya.”

Oleh Muhammad Raheem Bawa Muhaiyaddeen
(diterjemahkan oleh Dimas Tandayu dan Herry Mardian).
Source : http://suluk.blogsome.com/
Shared by Catatan Catatan islami Pages

7 Kelebihan Setan ( Patutkah Kita Tiru ? )

7 Kelebihan Setan Dibandingkan Manusia - Setan dan manusia memang pada dasarnya 2 makhluk yang berbeda.
Manusia pada umumnya pasti benci kepada setan. Namun, di balik niat jahatnya ternyata setan mempunyai banyak sifat “yang perlu kita tiru”


1. Pantang menyerah
Setan tidak akan pernah menyerah selama keinginannya untuk menggoda manusia belum tercapai. Sedangkan manusia banyak yang mudah menyerah dan malah sering mengeluh.

2. Kreatif
Setan akan mencari cara apapun dan bagaimanapun untuk menggoda manusia agar tujuannya tercapai, selalu kreatif dan penuh ide. Sedangkan manusia ingin enaknya saja, banyak yang malas.

3. Konsisten
Setan dari mulai diciptakan tetap konsisten pada pekerjaannya, tak pernah mengeluh dan berputus asa. Sedangkan manusia??? Banyak manusia yang mengeluhkan pekerjaannya, padahal banyak manusia lain yang masih ngaggur dan membutuhkan pekerjaan.

4. Solider
Sesama setan tidak pernah saling menyakiti, bahkan selalu bekerjasama untuk menggoda manusia. Sedangkan manusia, jangankan peduli terhadap sesama, kebanyakan malah saling bunuh dan menyakiti.

5. Jenius
Setan itu paling pintar otaknya dalam mencari cara agar manusia tergoda. Sedangkan manusia banyak yang tidak kreatif, bahkan banyak yang jadi peniru dan plagiat.

6. Tanpa Pamrih
Setan itu bekerja 24 Jam tanpa mengharapkan imbalan apapun. Sedangkan manusia, apapun harus dibayar. Materi seharusnya bukanlah hal yang terpenting dalam hidup ini!

7. Suka berteman dan kompak
Setan adalah mahluk yang selalu ingin berteman, berteman agar banyak temannya di neraka kelak. Sedangkan manusia banyak yang lebih memilih mementingkan diri-sendiri dan egois. Manusia dalam mengerjakan sesuatu cenderung ingin menonjolkan kemampuannya sendiri dibanding bekerja sama dengan orang lain.

Semoga bermanfaat
Silahkan SHARE ke rekan anda jika menurut anda note ini bermanfaat.

Source : http://jakerobe.blogspot.com/
Shared by Catatan Catatan islami Pages

Ayah .... Dengarkanlah ??

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ اْلإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا

Setiap engkau adalah pemelihara, dan setiap engkau akan dimintai pertanggung jawaban mengenai apa yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya: Seorang pemimpin adalah pemelihara, ia akan dimintai pertanggung jawaban mengenai apa yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya. Seorang laki-laki juga pemelihara dalam keluarganya, ia akan dimintai pertanggung jawaban mengenai apa yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya. Dan seorang perempuan adalah pemelihara dalam rumah suaminya, ia akan dimintai pertanggung jawaban mengenai apa yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya. (HR. al-Bukhori)

Di antara hal yang tidak diragukan lagi karena memang terjadi adalah bahwa setiap ayah mendambakan anak sebagai buah hati bisa sukses dan berhasil dalam pendidikan dan sekolahnya serta kehidupannya.
Karenanya, ayah senantiasa berdo'a kepada Allah agar memberikan kemudahan dan keteguhan bagi anak tercinta.
Ayah menjanjikan hadiah dan mengabulkan keinginan si buah hati jika lulus dalam ujian dan memberikan ancaman serta marah jika sampai gagal dalam ujian.
Perasaan seperti ini memang merupakan fitrah manusia dan memang terjadi di antara kita.

Akan tetapi wahai Ayah yang penyayang, apakah perhatianmu kepada si buah hati berupa perhatian penuh terhadap sekolah, pendidikan, masa depan dan urusan dunianya itu -karena memang engkau sadar itu adalah kewajibanmu- sama seperti perhatianmu terhadap akhirat mereka?

Apakah engkau benar-benar memikirkan dan mengkhawatirkan nasib mereka setelah mati seperti halnya perhatianmu akan kenyamanan dan kebahagiaan hidup mereka sewaktu di dunia?

Inilah tanggung jawabmu wahai Ayah.

Engkau curahkan semuanya untuk dunia yang fana sementara engkau abaikan akhirat yang kekal selamanya.
Engkau sibuk memikirkan kehidupan mereka tapi engkau lupakan keadaan setelah matinya.
Engkau bangun bagi mereka rumah dari tanah, batu dan bata di dunia tapi engkau haramkan mereka untuk mendapatkan rumah di akhirat yang indah bertatahkan intan permata.

Itulah keinginanmu!
Itulah angan-anganmu!

Semuanya tidak lebih dari agar anak-anakmu bisa jadi dokter, insinyur, pilot ataupun tentara.
Ya Allah!  

Semuanya itu hanya cita-cita dunia…..!

Engkau berusaha, bekerja membanting tulang dan bersungguh-sungguh hanya untuk dunianya…

Mana usahamu untuk akhiratnya wahai Ayah……?

Fenomena ini bukanlah sesuatu yang jarang terjadi, bahkan mayoritas manusia demikian adanya.
Mereka begitu serius berusaha mempersiapkan segala sesuatunya untuk pendidikan fisik anak-anaknya.
Tetapi mereka menelantarkan pendidikan hatinya yang padahal dengannyalah anak-anaknya bisa hidup dan bahagia atau sebaliknya binasa dan sengsara. Inilah kenyataan!

Ayah!
Mungkin engkau mengira bahwa ini hanyalah perkataan yang tiada beralasan.
Tapi jika engkau ingin bukti maka simaklah wahai Ayah yang penyayang!

Bayangkan atau anggap anakmu terlambat mengikuti ujian di sekolahnya.

Apakah yang engkau rasakan wahai Ayah?

Bukankah engkau akan berlomba dengan waktu mengantarkan anakmu agar bisa mengikuti ujian meskipun terlambat?
Bahkan sebelumnya, bukankah engkau akan rela untuk tidur setengah mata agar bisa membangunkan si buah hati supaya tidak terlambat?
Bukankah engkau akan melakukan segalanya agar anak tercinta yang menjadi kebanggaanmu bisa ikut ujian tepat waktu?
Saya yakin jawabannya adalah Ya. Bukankah engkau melakukan semua itu wahai Ayah?

Akuilah!!

Sekarang, apakah perasaanmu itu sama atau akan muncul juga ketika anakmu terlambat shalat Shubuh?
Apakah engkau akan berusaha agar anakmu shalat Shubuh tepat waktu?
Saya hanya berprasangka baik bahwa engkau memang shalat Shubuh tepat waktu.
Karena jika tidak, bagaimana mungkin engkau akan membangunkan anak-anakmu sementara engkau sendiri terlambat untuk itu?

Kemudian, bukankah engkau setiap hari senantiasa bertanya kepada anakmu tentang sekolahnya?
Apa yang dipelajari, apa yang dilakukan, jawaban apa yang diberikan ketika ujian dan berharap jawaban itu benar?

Tetapi, apakah setiap hari engkau bertanya juga tentang urusan agamanya?
Apakah engkau bertanya sudahkah dia shalat?
Dengan siapa dia duduk dan bergaul?
Tidakkah engkau bertanya apa yang dia lakukan ketika tidak di rumah, ta'at atau maksiat?

Ayah, bukankah dadamu terasa sesak ketika tahu bahwa si buah hati salah dalam menjawab ujian?
Bukankah engkau merasa terhimpit ketika tahu bahwa nilainya jauh di bawah sempurna bahkan rata-rata?
Bukankah engkau merasa terpukul ketika tahu bahwa dia gagal dalam ujiannya?
Akan tetapi, apakah dadamu juga terasa sesak, dadamu juga terasa terhimpit ketika tahu bahwa anakmu sangat minim dalam menunaikan kewajiban-kewajiban agamanya terlebih sunah-sunahnya?

Tidakkah ini cukup menjadi bukti bahwa engkau lebih dan hanya memperhatikan dunianya dan mengabaikan akhiratnya?

Ayah, engkau mengira apabila anakmu tidak lulus ujian berarti kandas sudah cita-cita dan harapan yang ada.
Engkau menyangka bahwa dalam hal itu tidak ada kesempata kedua terlebih ketiga. Ketahuilah wahai Ayah…, bahwa kegagalan yang hakiki…, kegagalan yang memang tidak ada lagi kesempatan kedua atau ketiga untuk memperbaiki, adalah masuknya mereka ke dalam neraka dengan api yang panas menyala-nyala.
Tahukah engkau bahwa kegagalan yang hakiki adalah penyesalan dan kerugian yang disertai adzab yang pedih lagi menghinakan?
Setelah ini akankah engkau masih beralasan bahwa kita sekarang hidup di dunia sehinga harus fokus memikirkannya?

Kalau begitu kapankah engkau akan fokus memikirkan akhirat padahal di akhirat nanti tidak ada lagi amalan yang ada hanyalah pembalasan?

Sungguh wahai Ayah jikalau demikian adanya kita berlindung kepada Allah darinya maka tidaklah bermanfaat kesuksesan yang diraih di dunia.
Tidaklah bermanfaat ijazah, harta, istana yang megah, kedudukan dan kekuasaan kalau ternyata catatan amal perbuatan diberikan dari arah kirinya.
Kemudian mereka akan berteriak:
Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini). Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku. Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku sekali-sekali tidak memberikan manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaannku dariku. (Al-Haqqah: 25-29)

Ah…sungguh tidak bermanfaat kekuasaanku, ilmu duniaku, serta ijazahku.
Semuanya telah hilang, semuanya lenyap…yang ada hanyalah kerugian dan kegagalan.

Tahukah engkau apakah kerugian itu?
Tahukah engkau apakah kegagalan itu?

Ya, di dunia kerugian dan kegagalan itu adalah jika anakmu tidak bisa menjadi dokter, atau insinyur atau pilot dan guru.
Akan tetapi di akherat, yang ada hanyalah kebahagiaan atau kesengsaraan.
Yang satu berarti surga yang lainnya berarti neraka.
Akankah engkau rela membiarkan mereka mengalami kerugian dan kegagalan dalam arti kesengsaraan di dalam neraka?

Saya tidak katakan tinggalkan anak-anakmu!
Saya tidak katakan biarkan mereka jangan diajari masalah dunia!
Tidak, demi Allah, saya tidak katakan demikian.
Saya hanya katakan bahwa akherat lebih utama dan ditekankan untuk diperhatikan, lebih serius untuk diusahakan dan lebih bersunguh-sungguh untuk beramal meraih kebahagiaannya.

Wahai Ayah…!
Siapakah di antaramu yang begitu bersemangat bersungguh-sungguh mendatangkan seorang pendidik untuk mengajarkan kepada anaknya Al-Qur'an dan menerangkan As-Sunnah?

Sungguh sedikit sekali yang telah berbuat demikian.
Alangkah baik kiranya kalau mereka tidak memfasilitasi anak-anaknya dengan sarana kerusakan.
Akan tetapi kita lihat justru mereka dengan jeleknya pemikiran dan kurangnya perhitungan malah mendatangkan kejelekan bagi anak-anaknya dengan memfasilitasi dengan kendaraan-kendaraan, sopir pribadi, pembantu (pelayan) serta memenuhi rumahnya dengan barang-barang dan hal-hal yang diharamkan yang melalaikan dari dzikrullah dan ta'at kepada-Nya.

Siapakah di antara kalian wahai Ayah yang memberikan hadiah pada anaknya apabila hafal satu juz dari Al-Qur'anul Karim atau beberapa hadits dari hadits Nabi saw ?

Sungguh sangat sedikit sekali yang demikian ini.
Kita mohon kepada Allah agar memberkahi yang sedikit ini.
Kita lihat sebagian manusia, mereka menjanjikan pada anaknya apabila lulus ujian akan diajak pesiar menyusuri pantai yang indah atau wisata ke mancanegara, apakah Eropa atau Amerika, serta mereka menjanjikan dibelikan mobil agar bebas mengukur jalan.
Namun adakah di antara meraka yang menjanjikannya untuk diajak umrah atau haji dan mengunjungi masjid Nabi saw?

Setelah semua itu, tahukah engkau wahai Ayah apakah buah dari hasil pendidikan seperti itu?
Tahukah engkau apakah hasil dari pendidikan yang mengabaikan masalah akhirat tersebut?
Hasilnya adalah Al-Qur'an berganti menjadi majalah, siwak berganti menjadi rokok dan lebih parah lagi mereka akan hidup tidak ubahnya binatang ternak.
Tahukah engkau apa di antara yang membedakan kita dari binatang ternak?
Kita diberikan fasilitas untuk mengerti bahwa dunia hanyalah sementara.
Kita mengetahui bahwa ada kehidupan yang kekal selamanya.
Maka selayaknyalah kita untuk berusaha menggapai kebahagiaan di sana.
Tetapi apabila tidak demikian maka tidaklah beda dengan binatang bahkan lebih sesat karena kita diberi fasilitas sedangkan mereka tidak. Mereka seperti binatang ternak bahkan lebih sesat lagi. Meraka itulah orang-orang yang lalai. (Al-A'raf: 179)

Di samping memperhatikan pekembangan fisik anak, kita juga harus memperhatikan pendidikan akal dan hati mereka.
Kita harus memikirkan nasib mereka setelah matinya.

Langkah  
pertama untuk itu adalah kita perbaiki terlebih dahulu diri kita, karena dengan baiknya diri kita maka mereka akan ada di atas keteguhan dan kekokohan serta ada di dalam penjagaan Allah swt. Allah berfirman:Ayah mereka berdua adalah orang yang shalih (Al-Kahfi: 82)

Kedua, kita jadikan bimbingan dan pengajaran Islam sebagai tujuan. Tidak ada halangan untuk belajar dan mempelajari ilmu-ilmu dunia akan tetapi tidak sebesar perhatiannya terhadap akhirat. Allah berfirman:Dan carilah apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu lupakan nasib (bagian)mu dari (keni'matan) dunia. (Al-Qashash: 77)

Wahai Ayah!
Maka takutlah engkau kepada Allah pada apa yang menjadi tanggunganmu karena engkau akan diminta pertanggujawabannya di hadapan Allah.

Takutlah engkau kepada Allah bahwasanya Allah telah memberikan anak sebagai amanat kepadamu tapi engkau justru membukakan pintu-pintu kejelekan bagi mereka.

Allah mengamanatimu tapi engkau malah menyibukkan mereka dengan film-film, sinetron-sinetron, perangkat-perangkat kekejian, majalah-majalah porno dan semisal dengan itu.

Jika demikian adanya berarti engkau telah mengkhianati amanat yang dipikulkan kepadamu dan engkau telah menipu mereka yang menjadi tanggunganmu.

Nabi saw bersabda:Tidaklah seseorang diberi amanat oleh Allah untuk memimpin rakyatnya (tanggungannya) kemudian dia mati dalam keadaan menipu mereka, melainkan Allah haramkan baginya surga. (HR.Bukhari Muslim)

Ayah….!
Jika engkau memang sayang pada buah hatimu, tidak ingin menipu mereka dan juga tidak ingin mengkhianati amanat yang dipikulkan di pundakmu, maka kemarilah!

Kemarilah untuk sama-sama menyimak wasiat Luqman kepada anaknya.
Wasiat seorang ayah yang yang sangat menyayangi anaknya dan menebusnya dengan sangat mahal dan berharga.
Tahukan engkau apakah dia mewasiatinya dengan dunia?

Apakah dia mewasiatinya dengan intan permata dan segala perhiasan kemewahan lainnya?

Tidak, bahkan dia mewasiati anaknya dengan apa yang akan menjadikannya ada dalam kehidupan yang baik.
Kehidupan yang akan menyelamatkannya dari adzab Allah yang pedih.
Sungguh Allah telah mengabadikannya dalam Al-Qur'an.
Pernahkah engkau mendapatinya?
Tahukah engkau apakah wasiatnya itu?

Adalah Luqman Al-Hakim dengan kasih sayang yang begitu besar kepada anaknya, dia berwasiat agar jangan berbuat syirik, yakni menyekutukan Allah swt. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, waktu dia memberikan nasihat kepadanya:

'Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah sebesar-besar kezhaliman. (Luqman: 13)

Ya… adakah kezhaliman yang lebih besar dari syirik?
Itulah apa yang dikhawatirkan Luqman pada anaknya sehingga mewasiati agar jangan sampai terjatuh ke dalamnya.
Adakah engkau pernah menyampaikan ini pada anakmu?

Kemudian, beliau dengan segenap kasih sayangnya menunjukkan pada anaknya apa yang akan menyelamatkan anaknya dari adzab Allah yaitu dengan menghadap kepada-Nya melalui shalat, memerintahkan yang ma'ruf serta mencegah dari yang munkar.

Adakah engkau demikian wahai ayah?
Saya berharap engkau sudah memenuhi semuanya sehingga hanya tinggal menyampaikannya kepada anakmu.
Karena jika tenyata engkaupun belum demikian…maka ini adalah mushibah dari sebenar-benar mushibah, dan kita berlindung darinya.

Setelah itu, Luqman mewasiati anaknya agar berhias dengan akhlaq yang mulia yang akan mengangkat jiwanya dan akan tinggi derajatnya. Janganlah sombong dan menghina sesama. Sederhanalah dalam berjalan dan lunakkanlah suara dalam pembicaraan. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (Luqman: 19)

Inilah wahai Ayah, sejumlah wasiat dari ayah yang begitu sangat menyayangi dan mendambakan kebahagian bagi si buah hati.

Pernahkah engkau menyampaikannya pada anakmu, sebagiannya atau bahkan seluruhnya..?!

Ada fenomena yang sangat kita sesali dan kita keluhkan semuanya kepada Allah, yakni sebagian ayah berusaha mematahkan semangat anaknya dan menghalangi kesungguhannya ketika melihat bahwa Allah telah memberikan hidayah kepadanya untuk mendalami dan mengamalkan ilmu agama. Bahkan di antara mereka ada yang sampai menghasut dan menakut-nakuti serta menebar was-was.
Mereka mengatakan bahwa belajar agama hanya akan mengikat kebebasan jiwa.
Mereka juga mencela dan juga memperolok-oloknya, sehingga tidak tahu lagi apakah yang dicela itu adalah orangnya atau agama yang dibawanya.
Maka apakah ini perlakuannmu terhadap apa yang menjadi amanatmu?
Apakah ini yang engkau nasihatkan kepada mereka?

Takutlah engkau kepada Allah!

Takutlah bahwasanya Allah sentiasa mengawasi bagaimana engkau mendidik mereka.
Ajarilah mereka apa yang bermanfaat baginya dari urusan agama dan dunianya.
Dan tiadalah kehidupan dunia ini selain dari main-main dan sendau gurau belaka.
Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa.
Maka tidaklah kamu memahaminya!(Al-An'am:32)

Ayah….!
Engkau telah menyiapkan anakmu untuk menghadapi ujian dunia.
Maka takutlah kepada Allah dan ketahuilah olehmu serta beritahukanlah kepada anak-anakmu bahwa barang dagangan Allah (surga) jauh lebih berharga dan lebih mahal dari perhiasan dunia.
Dan ajarkanlah serta beritahukanlah mereka bahwa kesuksesan yang hakiki ada pada membatasi diri pada apa yang Allah ridlai.
Beritahukanlah kepada mereka dan ketahui olehmu juga bahwa kebahagiaan yang hakiki ada pada taqwa dan ta'at kepada Allah.

Serta ketahuilah olehmu bahwa kaki seorang hamba tidak akan bergeser sejengkalpun dari posisinya pada hari kiamat dan akan diadukan kezhalimannya oleh orang yang pernah dizhaliminya.
Anak akan senang bisa mendapatkan ayahnya untuk mengadukan kezhaliman yang pernah dilakukannya, demikian juga istrinya.
Pada hari kiamat nanti anak-anak akan membantah dan menyalahkan ayah-ayah mereka dengan berkata:
Wahai Rabb kami, ambil lah hak kami pada ayah kami yang zhalim ini. Dia telah menyebabkan kami tidak melakukan apa yang Engkau ridlai.
Dialah yang telah mendidik kami tidak ubahnya binatang ternak.
Dialah yang mendatangkan berbagai hal yang membinasakan dan tidaklah ada satu kerusakan melainkan didatangkannya ke hadapan kami.
Maka apakah yang nanti akan engkau katakan untuk menjawab semuanya itu wahai Ayah yang penyayang, yang begitu sayangnya sehingga menjerumuskan anaknya pada kebinasaan?
Bahkan pada akhirnya nanti sama-sama ada dalam kebinasaan.
Yaitu pada hari dimana tidak bermanfaat lagi harta dan anak-anak.
Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. (Asy-Syu'araa': 88-89)

Maka di manakah hartamu?
Di manakah anak yang engkau banggakan itu?

Mereka justru menyalahkanmu dan menyeretmu untuk ikut merasakan panas neraka karena engkaulah yang punya andil besar untuk itu.

Kita berlindung kepada Allah dari semua itu dan memohon agar Allah menunjukkan kita kepada kebaikan dan memberikan kekuatan dan kemudahan untuk menempuhnya serta dimatikan di atasnya, serta kita memohon kepada-Nya agar menyelamatkan kita, keluarga serta anak keturunan kita dari adzab-Nya yang pedih.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Terakhir wahai Ayah!
Bertaqwalah engkau kepada Allah.
Takutlah Engkau kepada-Nya pada apa yang engkau lakukan untuk anakmu.
Perbaikilah pendidikan mereka!

Jagalah mereka dari segala kerusakan dan kealpaan dalam segala kebaikan.
Lakukanlah sejak sekarang selama mereka masih ada di hadapan kalian.
Selama kalian masih bisa bersungguh-sungguh mengusahakan.
Lakukanlah segera sebelum kalian hanya bisa melakukan celaan dan penyesalan yaitu pada hari dimana tidak akan bermanfaat lagi celaan dan penyesalan.
Dan Allah lah tempat kita meminta perlidungan dan pertolongan.

Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); di sisi Allah lah pahala yang besar. (At-Thagaabun: 15)

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya adalah malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak pernah mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (At-Tahrim: 6)

Sumber: http://www.perpustakaan-islam.com/
Edited and Shared by Catatan Catatan Islami Pages

Dua Hal Yang Membahagiakan

Dua hal yang tidak akan kekal pada diri seseorang adalah masa muda dan kekuatannya

Dua hal yang tidak akan berubah pada diri seseorang adalah tabiat dan bentuk tubuhnya

Dua hal yang tidak akan besar bersamanya adalah akal dan amalnya

Dan manusia tidak akan malu terhadap dua hal yaitu mengisi perutnya dan kebutuhannya

Manusia itu selalu malu pada dua hal yaitu mencuri dan berkhianat

Adapun dua hal yang bermanfaat bagi setiap manusia adalah akhlak yang bagus dan jiwa yang toleran

Dua hal yang membahayakan bagi setiap manusia adalah menghasat orang yang memperoleh nikmat dan dengki terhadap orang yang berwibawa

Dua hal yang apabila bertambah atau berkurang akan berakibat buruk pada seseorang
yaitu makanan atau minuman

Dua hal yang apabila bertambah tidak berbahaya tetapi apabila keduanya berkurang akan membawa kepada dampak yang lebih baik yaitu kebiasaan dan sikap ikut-ikutan

Dua hal yang apabila berkurang akan  berbahaya jika bertambah akan memberikan dampak  yang lebih baik yaitu ibadah dan ikhsan atau berbuat baik.

Dua hal yang membahayakan manusia secara materi tetapi memberi manfaat untuk orang banyak yaitu membelanjakan harta untuk kemuliaan dan mengorbankan jiwa ke jalan Allah.

Dua hal yang mendatangkan manfaat bagi manusia secara materi akan tetapi menimbulkan bahaya bagi banyak orang yaitu melindungi rahasia suatu profesi dan menyimpan atas keberhasilan suatu penelitian

Dua hal yang di sukai manusia yaitu harta dan keindahan

Dua hal yang tidak di sukai manusia yaitu kesewenang-wenangan dan kerusakan

Dua hal yang menyilaukan atau menyilapkan semua  manusia yaitu hawa nafsu dan anak-anak.

Dua hal  dimana manusia semua khawatir terhadapanya yaitu kemiskinan dan kematian

Dua hal yang selalu di buntuti oleh semua manusia yaitu halusinasi dan hayalan

Dua hal yang selalu di hindari oleh semua manusia yaitu penyakit dan kelaparan

Dua hal dimana manusia sangat suka melihatnya yaitu pahlawan dan para pelawak.

Dua hal yang selalu di harapkan manusia agar senantiasa ada dalam dirinya yaitu kesehatan dan kesenangan.

Dua hal yang suka di dengarkan manusia yaitu suara yang merdu dan berita yang mengembirakan.

Dua hal yang di mana semua manusia ingin mendapatkannya yaitu ketenaran dan pujian dari orang lain.

Dan yang terakhir......

Dua hal yang kelak manusia akan bertempat di akhir kehidupannya yaitu SURGA atau NERAKA.
Renungan Ustadz Anwar Anshory Mahdum
Shared and Edited  by Catatan Catatan islami Pages